Sejarah Negeri Latuhalat, dan Marga Tuhusula di Soapapala (Waimahu)
Dahulu negeri-negeri di semenanjung Nusaniwe Pulau
Ambon berada dalam suatu persekutuan yang disebut Uli Nusaniwe. Uli ini
dipimpin oleh seorang raja bergelar Lopulalan. Selain raja
Lopulalan terdapat juga pemimimpin lain dalam Uli Nusaniwe sehingga
membentuk Pemerintahan Empat Perdana Nusaniwe dengan Uku/Soa (kampung)
yang dipimpinnya sebagai berikut :
1.Ukuhener di sekitar bukit Amanila dipimpin oleh seorang Raja dari Tuban bergelar Lopulalan
2.Ukuhuri di sekitar labuhan Namalatu dipimpin Orang Kaya dari Seram bergelar Latuhalat
3.Seilale di sekitar dataran Namasula dipimpin oleh seorang Patih dari Gorom bergelar Pattinai
4.Soapapala di sekitar tanjung Nusaniwe dipimpin seorang Kapitan dari Luhu bergelar Risakotta.
2.Ukuhuri di sekitar labuhan Namalatu dipimpin Orang Kaya dari Seram bergelar Latuhalat
3.Seilale di sekitar dataran Namasula dipimpin oleh seorang Patih dari Gorom bergelar Pattinai
4.Soapapala di sekitar tanjung Nusaniwe dipimpin seorang Kapitan dari Luhu bergelar Risakotta.
Ketika
Imperialisme barat menanamkan kekuasaanya di Ambon, kekuasan Lopulalan
sebagai penguasa Uli Nusaniwe mulai melemah dan negeri-negeri bawahannya
mulai melepaskan diri membentuk pemerintahan otonom. Negeri Seilale
melepaskan diri dan membentuk negeri Seilale dipimpin oleh Raja Loppies (nama baptis Pattinai) dengan gelar Upu Latu pattinaelai. Sedangkan Ukuhuri dan Soapapala (sekarang : Waimahu, ) membentuk suatu pemerintahan dalam negeri Latuhalat dipimpin oleh Raja Salhuteru (nama sebenarnya Latuhalat) dengan gelar Upu Latu Jorusana. Meskipun demikian Seilale dan Ukuhuri-Soapapala tetap berada dalam suatu petuanan yang lazim disebut petuanan Silalatu [Hal ini dilatarbelakangi Cerita Kenari Bongko].
Dengan terbentuknya negeri Seilale dan Latuhalat, maka negeri Nusaniwe
hanya meliputi Ukuhener ( sekarang : Airlouw), Erie dan sebuah kampung
kecil di selatan yang disebut Hatiari (=Pintu Kota) dipimpin oleh Raja de Soiza (nama baptis Lopulalan) dengan gelar Upu Latu Waihenna.
LATUHALAT, RAJA DIBAGIAN BARAT
Latuhalat (Vorst van westen, “ Raja di bagian Barat ”) adalah gelar yang dipakai oleh Upu Latu Jorusana dalam menjalankan pemerintahan pada negeri Ukuhuri - Soapapala. Nama sebenarnya raja ini adalah Lasanteru (= Tiga insan)
yang kemudian berubah menjadi Salhuteru. Nama Latuhalat pada dasarnya
mengacu pada letak negeri ini yakni pada ujung barat jazirah Leitimor.
Pada masa kejayaan negeri Nusaniwe di jazirah Leitimor, raja Latuhalat
berada dibawah pengaruh negeri ini dan hanya berkuasa sebagai orang kaya
(gelar pemimpin) pada sebuah perkampungan (uku) yang disebut Ukuhuri (= Kampung tandus). Raja Latuhalat berdiam di perbukitan sekitar pantai Namalatu yang disebut Sama Tohi.
Selama masa pemerintahannya di Ukuhuri, raja Latuhalat menjalin
hubungan kekerabatan (sejenis Pela) dengan Raja Lopulalan di negeri
Ukuhener (Nusaniwe). Ukuhuri mewakili unsur perempuan sedangkan Ukuhener
mewakili unsur lelaki [Hubungan ini terbentuk jauh sebelum adanya Pela
Latuhalat–Allang, dan Nusaniwe – Hatiwe besar]. Dengan melemahnya
kekuasaan Nusaniwe, kampung Ukuhuri dan soapapala bergabung dan
diperintah oleh raja Latuhalat. Kampung (soa) Papala sebelumnya dikuasai
oleh seorang kapitan dari Luhu bernama Lisakotta atau Risakota.
Ketenaran dan kesaktian raja Latuhalat di jazirah Leitimor pada masa itu
menyebabkan namanya sangat terkenal sehingga negeri Ukuhuri -Papala
yang dipimpinnnya sering disebut sebagai Negeri Latuhalat. Raja
Latuhalat selanjutnya menggunakan nama sebenarnya, Salhuteru dalam
menjalankan pemerintahannya. Raja pertama di negeri Latuhalat adalah Pautuselang Salhuteru kemudian diganti oleh putranya Pattikiring Salhuteru. Selanjutnya Raja yang ketiga adalah Latumanona Salhuteru. Dalam masa pemerintahannya, Salhuteru dibantu oleh dewan saniri negeri.
Maaf bung..ini kan artikel saya yang telah beredar dalam negeri Latuhalat sejak 2002 dan telah diposting dalam blogger saya (Hahoeloawa.blogspot.com) sejak Juli 2009 (4 tahun lalu sebelum blogg ini dibuat)..jangan jadi plagiator artikel orang donk,,kalo tidak punya artikel..sebaiknya jangan buat blogg deh..kelihatan tidak ilmiah bangat..
BalasHapusMaaf bung..ini kan artikel saya yang telah beredar dalam negeri Latuhalat sejak 2002 dan telah diposting dalam blogger saya (Hahoeloawa.blogspot.com) sejak Juli 2009 (4 tahun lalu sebelum blogg ini dibuat)..jangan jadi plagiator artikel orang donk,,kalo tidak punya artikel..sebaiknya jangan buat blogg deh..kelihatan tidak ilmiah bangat..
BalasHapus